Selasa, 12 Mei 2020

Produktif Menulis Cerita Anak Kelas Piet Genta Day 3 : Celengan Mimi




Oleh Winda Sumarna




Pagi ini Mimi tampak resah. Teh Ina belum kelihatan juga. Biasanya jam delapan pagi Teh Ina sudah datang dengan bakul besarnya. Bakul berisi bubur sumsum hangat kesukaan Mimi.

“Kenapa, Mi? Kok, gelisah begitu?” tanya Mama yang sedang menyiram bunga di halaman.
“Teh Ina belum kesini, ya, Ma?” Mimi balik bertanya.

“Belum. Iya, ya, biasanya jam segini sudah sampai. Mungkin mampir di tempat lain,”sahut Mama.

Mimi menghempaskan badannya di kursi santai di teras. Berlagak sedang melihat Mama menyiram bunga. Tapi pikirannya melayang entah kemana.

“Hayooo...mikirin apa, sih? Kok melamun begitu?” Mama mengagetkan Mimi rupanya. Mimi melamun.
“Emh...Mimi pingin bubur sumsum Teh Ina, Ma.” Kata Mimi, dengan mulut agak cemberut.
“Ya, sudah, kalau Teh Ina masih belum datang, Mama yang buatkan, ya.” Mama menyimpan alat penyiram bunga di dekat bunga.
“Enggak, Ma, enggak apa-apa. Enggak usah. Nanti tunggu teh Ina saja, deh,” kata Mimi lagi. Mama tersenyum menanggapi. Lalu lanjut lagi menyiram bunganya.

Keesokan harinya, bubur sumsum Teh Ina masih juga belum bisa dirasakan Mimi lagi. Teh Ina lagi-lagi tidak mampir. Begitupun dua hari sesudahnya. Padahal Teh Ina selalu rajin setiap hari mampir dengan bakul bambunya itu setiap pagi.

“Ma, rumah Teh Ina dimana, sih?”tanya Mimi pada Mama. Mama mengingat-ingat.

“Enggak jauh, kok, di kampung belakang komplek. Kenapa, Mi?”

“Kita main ke rumahnya Teh Ina, yuk, Ma. Mimi pingin ketemu sama Teh Ina,” jawab Mimi setengah memaksa.

“Boleh, tapi nanti kalau Mimi sudah mandi, ya!”
“Siap, Ma!” Wjah Mimi berseri lagi.

Agak siang, Mama bersama Mimi pergi ke kampung belakang komplek. Tidak terlalu jauh, kok. Juga tidak terlalu sulit. Hampir semua orang kenal Teh Ina, pedagang bubur sumsum keliling. Hingga kemudian mereka tiba di rumah Teh Ina.

Rumah itu tidak terlalu besar. Dihuni oleh Teh Ina dan ibunya. Ibu Teh Ina membukakan pintu dan mengobrol dengan Mama.

“Ina sakit, Bu. Makanya berhenti jualan dulu. Mungkin terlalu cape,”jawab Ibu Teh Ina ketika Mama bertanya tentang alasan Teh Ina tidak berjualan.

Mimi menegakkan duduknya. Teh Ina cape? Aduh, kasihan. Mungkin bakulnya terlalu berat digendong kemana-mana?

“Mimi mau nengok Teh Ina, boleh enggak? “ pinta Mimi pada Ibu Teh Ina. Ibu tersenyum dan mengangguk,lalu mengajak Mimi dan Mama ke kamar Teh Ina.

Disana, Teh Ina terbaring dengan mata terpejam. Sedang istirahat rupanya, habis minum obat. Mimi dan Mama tidak lama-lama. Takut mengganggu Teh Ina. Mereka pamit setelah sedikit mengobrol dengan Ibu Teh Ina.

Di rumah, Mimi masih nampak sedih mengingat Teh Ina. Ia tahu, sakit itu tidak menyenangkan. Tidak bisa bermain, tidak boleh keluar rumah, harus istirahat. Sama seperti Teh Ina.

“Ma,” Mimi menghampiri pada Mama, memeluk celengan berbentuk Doraemon berwarna biru.

“Ya, Sayang,” Mama menyimpan buku yang sedang dibacanya.

“Mimi kasih ini buat Teh Ina, ya, Ma.” Mimi memberikan celengannya pada Mama. Agak berat.
“Maksud Mimi, celengannya diberikan untuk Teh Ina?” tanya Mama meyakinkan. Mimi mengangguk.
“Bantu Teh Ina beli obat dan susu, ya, Ma. Supaya Teh Ina cepat sembuh. Mimi kasihan lihat Teh Ina. “

Mimi mengusap air matanya yang tiba-tiba meleleh. Mama juga, mengusap ujung matanya yang tiba-tiba basah.

Spontan Mama memeluk anak perempuannya yang baru berusia lima tahun itu.

“Duh, sayangkuuuu, baik sekali hati Mimi. Ya, nanti Mama belikan untuk Teh Ina obat dan susu, ya. Mimi ikhlas?”

“Ikhlas itu apa, Ma?”

“Ikhlas itu tidak mengharapkan imbalan, sayang. Kalau Mimi ikhlas, Allah pasti akan balas kebaikan Mimi. Doakan Teh Ina cepat sembuh, yaa,” Mama mengecup sayang pipi Mimi yang bulat.

“Iya, Ma.” Mimi memeluk Mama erat.

Mama tersenyum hangat. Senangnya melihat Mimi memiliki rasa peduli yang tinggi seperti ini. Disimpannya celengan Doraemon itu tanpa mengeluarkan isinya. Tanpa Mimi tahu, Mama sudah menyelipkan amplop berisi uang untuk Teh Ina ketika mereka menengok Teh Ina.
***

Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari project #ProduktifMenuliCeritaAnak bersama Piet Genta #rumpunaksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 TIPS MENJAGA DAYA TAHAN TUBUH

Usia bertambah seharusnya menjaga kesehatan. Jangan sok-sok-an mentang-mentang sehat. " Coba itu, makan jangan asal, ...